Desa Jatiluwih Tabanan Bali Indonesia, terletak di daerah Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Berada pada ketinggian 700 meter diatas permukaan air laut, merupakan daerah yang berdekatan dengan Gunung Batur yang terkenal dengan panorama sawah terasering. Anda akan selalu menikmati udara sejuk sambil menikmati pemandangan alam yang indah.
Sawah terasering Jatiluwih adalah salah satu objek wisata yang paling populer di Tabanan Bali. Jatiluwih adalah sebuah desa yang mempunyai daerah persawahan luas dengan pemandangan sawah bertingkat yang indah. Desa Jatiluwih terkenal sebagai tempat wisata dengan keindahan sawah terasering atau sawah berundak-undak dengan kondisi udara yang lumayan sejuk karena lokasinya dekat dengan gunung Batukaru. Untuk mengunjungi objek wisata Jatiluwih Bali dengan pemandangan sawah bertingkat-tingkat yang indah ini bisa ditempuh dengan jarak kurang lebih 50 KM atau sekitar ± 1 jam 30 menit dari kota Denpasar. Bagi anda yang sedang liburan di pulau Bali, obyek wisata sawah terasering Jatiluwih Bali ini bisa dijadikan pilihan untuk berlibur untuk menikmati keindahan panorama sawah bertingkat yang memikat hati.
Untuk mengetahui sejarah Jatiluwih sepenuhnya bersumber pada cerita-cerita orang tua yang merupakan penduduk dari Desa Jatiluwih. Konon ceritanya nama JATILUWIH berasal dari kata JATON dan LUWIH. "JATON" artinya adalah Jimat, sedangkan "LUWIH" berarti bagus, dari arti kata tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Jatiluwih mempunyai arti adalah sebuah desa yang mempunyai Jimat yang benar-benar bagus/ampuh atau berwasiat.
Dari sumber lain diceritakan bahwa konon di tengah Desa ada sebuah kuburan binatang purba yakni seekor burung Jatayu. Dari kata Jatayu ini lama kelamaan mengalami perubahan bunyi menjadi JATON AYU yang berarti Luwih atau Bagus. Jadi JATON AYU sama dengan Jatiluwih. Demikianlah pada akhirnya kata Jatiluwih sejak dulu ditetapkan menjadi nama Desa dan sampai hari ini belum pernah mengalami perubahan.
Dari arti Jatiluwih tersebut sampai sekarang dapat dibuktikan dengan adanya hasil-hasil dari bertani dan berkebun yang cukup memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan bagi semua penduduknya dan terjaminnya keselamatan bagi para penduduknya selama menjalankan kehidupan bertani.
Dari segi geografis, Jatiluwih memiliki luas wilayah sekitar 33,22 km2, dengan ketinggian kurang lebih 1,059 meter atau 3,476 kaki diatas permukaan laut. Jatiluwih memiliki iklim tropis pada hampir sepanjang sebagian besar bulan dalam setahun, terdapat curah hujan signifikan di daerah ini, suhu tahunan adalah rata-rata 19.0° C. Jatiluwih merupakan daerah pertanian dengan petani padi sebagai mayoritas penduduknya. Selain sebagai penghasil beras dan juga beras merah dari hamparan sawah terasering/berundak-undak yang luas dan besar, daerah ini juga menghasilkan tanaman kebun lainnya seperti sayuran, kelapa, kopi, pisang, dll. Selain daripada itu, pada saat ini di dalam masyarakat Jatiluwih juga telah terbentuk kelompok – kelompok tani yang kemudian akan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat seperti kelompok tani ikan, kelompok ternak, dll. Organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan (irigasi) sawah yang digunakan dalam bercocok tanam padi di Jatiluwih dan di pulau Bali pada umumnya disebut dengan istilah Subak.
Jatiluwih sangat terkenal dengan sawah teraseringnya dengan sistem irigasi yang bagus yang dikelola oleh anggota subak, terlepas dengan filsafat Tri Hita Karana yang menjadi landasan oleh petani di Jatiluwih maka dalam hal pengolahan lahan sawah pun didasari oleh filsafat tersebut, dalam hal ini adalah hubungannya dengan sang pencipta dengan melakukan beberapa upacara yang merupakan bagian dari aktifitas petani seperti; mengolah sawah, menanam padi, memanen, dan sebagainya, sesuai dengan budaya dan agama Hindu yang dipeluk oleh sebagian besar Petani di Jatiluwih.
Dari sumber lain diceritakan bahwa konon di tengah Desa ada sebuah kuburan binatang purba yakni seekor burung Jatayu. Dari kata Jatayu ini lama kelamaan mengalami perubahan bunyi menjadi JATON AYU yang berarti Luwih atau Bagus. Jadi JATON AYU sama dengan Jatiluwih. Demikianlah pada akhirnya kata Jatiluwih sejak dulu ditetapkan menjadi nama Desa dan sampai hari ini belum pernah mengalami perubahan.
Dari arti Jatiluwih tersebut sampai sekarang dapat dibuktikan dengan adanya hasil-hasil dari bertani dan berkebun yang cukup memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan bagi semua penduduknya dan terjaminnya keselamatan bagi para penduduknya selama menjalankan kehidupan bertani.
Dari segi geografis, Jatiluwih memiliki luas wilayah sekitar 33,22 km2, dengan ketinggian kurang lebih 1,059 meter atau 3,476 kaki diatas permukaan laut. Jatiluwih memiliki iklim tropis pada hampir sepanjang sebagian besar bulan dalam setahun, terdapat curah hujan signifikan di daerah ini, suhu tahunan adalah rata-rata 19.0° C. Jatiluwih merupakan daerah pertanian dengan petani padi sebagai mayoritas penduduknya. Selain sebagai penghasil beras dan juga beras merah dari hamparan sawah terasering/berundak-undak yang luas dan besar, daerah ini juga menghasilkan tanaman kebun lainnya seperti sayuran, kelapa, kopi, pisang, dll. Selain daripada itu, pada saat ini di dalam masyarakat Jatiluwih juga telah terbentuk kelompok – kelompok tani yang kemudian akan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat seperti kelompok tani ikan, kelompok ternak, dll. Organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan (irigasi) sawah yang digunakan dalam bercocok tanam padi di Jatiluwih dan di pulau Bali pada umumnya disebut dengan istilah Subak.
Jatiluwih sangat terkenal dengan sawah teraseringnya dengan sistem irigasi yang bagus yang dikelola oleh anggota subak, terlepas dengan filsafat Tri Hita Karana yang menjadi landasan oleh petani di Jatiluwih maka dalam hal pengolahan lahan sawah pun didasari oleh filsafat tersebut, dalam hal ini adalah hubungannya dengan sang pencipta dengan melakukan beberapa upacara yang merupakan bagian dari aktifitas petani seperti; mengolah sawah, menanam padi, memanen, dan sebagainya, sesuai dengan budaya dan agama Hindu yang dipeluk oleh sebagian besar Petani di Jatiluwih.
Jatiluwih merupakan salah satu tujuan wisata terbaik di tabanan, aktifitas petani di jatiluwih adalah salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan, pada umumnya kegiatan petani di sawah masih menggunakan cara-cara dan alat-alat tradisional untuk menggarap sawahnya seperti; Mencangkul, Nampadin (membersihkan pematang sawah), Ngelampit (membajak sawah), Melasah (meratakan tanah sawah), Nandur (menanam padi), dll. Kegiatan petani tersebut benar-benar menjadi salah satu daya tarik tersendiri dan sering kali dijadikan sebagai obyek fotografi oleh wisatawan. Selain itu di kawasan Jatiluwih juga terdapat aktifitas wisata seperti hiking dan cycling, untuk mendukung sarana pariwisata di Jatiluwih juga terdapat penginapan/pondok wisata, cafe, dan warung/rumah makan ataupun restoran yang khusus menyajikan makanan khas dengan beras merah dari hasil pertanian di Jatiluwih.
Untuk mengunjungi obyek wisata Jatiluwih direkomendasikan antara jam 8.00 pagi sampai sore hari sekitar jam 5.00, karena pada antara jam-jam tersebut aktifitas petani banyak dijumpai. Dikarenakan curah hujan yang tinggi di kawasan Jatiluwih maka direkomendasikan bagi para wisatawan agar selalu menyiapkan payung ataupun jas hujan atau ada baiknya sebelum mengunjungi Jatiluwih pengunjung bisa memantau prakiraan cuaca sehari sebelumnya. Untuk bisa menikmati panorama alam Jatiluwih dengan sawah terasering yang hijau dan indah, wisatawan bisa mengunjungi Jatiluwih diantara bulan Pebruari sampai bulan April, karena pada bulan-bulan tersebut tanaman padi akan tumbuh tinggi, hijau dan menguning. Pada sekitar bulan Juni - Juli (sasih Sada), tanaman padi akan siap di panen dan aktifitas memanen oleh petani akan banyak dijumpai.
Untuk mengunjungi obyek wisata Jatiluwih direkomendasikan antara jam 8.00 pagi sampai sore hari sekitar jam 5.00, karena pada antara jam-jam tersebut aktifitas petani banyak dijumpai. Dikarenakan curah hujan yang tinggi di kawasan Jatiluwih maka direkomendasikan bagi para wisatawan agar selalu menyiapkan payung ataupun jas hujan atau ada baiknya sebelum mengunjungi Jatiluwih pengunjung bisa memantau prakiraan cuaca sehari sebelumnya. Untuk bisa menikmati panorama alam Jatiluwih dengan sawah terasering yang hijau dan indah, wisatawan bisa mengunjungi Jatiluwih diantara bulan Pebruari sampai bulan April, karena pada bulan-bulan tersebut tanaman padi akan tumbuh tinggi, hijau dan menguning. Pada sekitar bulan Juni - Juli (sasih Sada), tanaman padi akan siap di panen dan aktifitas memanen oleh petani akan banyak dijumpai.
Sumber : Baliglory
0 comments:
Post a Comment